Fawaid : Derajat Hadits Puasa Hari Tarwiyah
Alhamdulillah, pada hari ini (3 Agustus 1987) saya telah temukan haditsnya yang lafazhnya sebagai berikut:
( ٢٩٩ ﴾ صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ رواه الديلمي في مسند الفردوس ٢٤٨ ٢ عن أبي الشيخ علي بن علي الحميرى عن الكلبي عن أبي صالح عن ابن عباس مرفوعا
299. "Puasa pada hari tarwiyah menghapuskan (dosa) satu tahun, dan puasa pada hari Arafah meng-hapuskan (dosa) dua tahun."
Diriwayatkan oleh Imam Dailami di kitabnya Musnad Firdaus (2/248) dari jalan:
1. Abu Syaikh dari:
2. Ali bin Ali al Himyari dari:
3. Kalby dari:
4. Abi Shaalih dari:
5. Ibnu Abbas marfu' (yaitu sanadnya sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam).
Saya berkata: Hadits ini derajatnya maudhu' ) مَوْضُوع (. Sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
Pertama: Kalbi (no. 3) yang namanya: Muhammad bin Saaib al Kalbi محمد بن السائب الكلى ( . Dia ini seorang rawi pendusta. Dia pernah mengatakan kepada Sufyan Ats Tsauri, "Apa-apa hadits yang engkau dengar dariku dari jalan Abi Shalih dari Ibnu Abbas, maka hadits itu dusta." (Sedangkan hadits di atas Kalbi riwayatkan dari jalan Abi Shalih dari Ibnu Abbas).
Imam Hakim berkata, "la meriwayatkan dari Abi shalih hadits-hadits yang maudhu' (palsu)." Tentang Kalbi ini dapatlah dibaca lebih lanjut di kitab-kitab jarh wat ta'dil:
1. At Taqrib 2/163 oleh al Hafizh Ibnu Hajar.
2. Adh Dhu'afaa 2/253, 254, 255, 256 oleh Imam Ibnu Hibban.
3. Adh Dhu'afaa wal Matruukin no. 467 oleh Imam Daruquthni.
4. Al Jarh wat Ta'dil 7/721 oleh Imam Ibnu Abi Hatim.
5. Tahdzibut Tahdzib 9/5178 oleh al Hafizh Ibnu Hajar
Kedua: Ali bin Ali al Himyari (no. 2) adalah seorang rawi yang majhul (tidak dikenal).
Kesimpulan:
1. Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah) adalah hukumnya bid'ah. Karena hadits yang mereka jadikan sandaran adalah hadits palsu (maudhu') yang sama sekali tidak boleh dibuat sebagai dalil. Jangankan dijadikan dalil, bahkan membawakan hadits maudhu' bukan dengan maksud menerangkan kepalsuannya kepada umat, adalah hukumnya haram dengan kesepakatan para ulama. (Lihat masalah ketiga tentang hadits maudhu').
2. Puasa pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) adalah hukumnya sunat sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallan di bawah ini:
( ٣٠٠) ...... صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ احْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
رواه مسلم ١٦٨ ٣
300. "...dan puasa pada hari Arafah-aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari 'Aasyura' (tanggal 10 Muharram) -aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu." (Shahih Riwayat Imam Muslim (3/168), Abu Dawud (no 2425), Ahmad (5/297, 308, 311), Baihaqi (4/286) dan lain-lain).
Kata ulama: Dosa-dosa yang dihapuskan di sini adalah dosa- dosa yang kecil. Wallahu a'lam!
Al-Masaail 2/176-178 Karya Fadhilatul Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Muhammad Fakhrian
.png)
Posting Komentar