ZMedia Purwodadi

Siapakah yang Selamat dari Cercaan Manusia?

Daftar Isi

 



Sudah menjadi rahasia umum, manusia yang hidup dengan manusia lainnya pasti akan mendapatkan ujian dan cobaan. Bahkan sering kali tidak bisa lepas dari hinaan dan cercaaan yang berbagai macam bentuknya. Kerap kali lisan yang tak bertulang itu menjadi awal sebuah petaka dan permusuhan.

Kenyataan yang mungkin berat untuk diterima, lisan yang tidak begitu besar bentuknya dan lemah sifatnya. Namun dapat menusuk dan menyakiti sampai ke dalam hati. Sering kali hati begitu merasa sakit bahkan tertumpahkan dengan air mata sebagai alias dari hati yang tersakiti oleh ucapan yang keluar dari lisan.

 

Demikianlah kehidupan yang ada, adakalanya Allah Ta’ala membuat orang lain hadir dikehidupan kita sebagai ujian untuk kita. Apakah kita bersabar ? Simaklah firman Allah Ta’ala di bawah ini,

وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً اَتَصْبِرُوْنَ وَكَا نَ رَبُّكَ بَصِيْرًا

“Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Rabbmu Maha Melihat." (QS. Al-Furqan : Ayat 20)

 

Siapakah yang selamat dari cercaan manusia? Jawabnya, tidak ada!. Ya, tidak ada yang bisa selamat dari cercaan manusia! Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lepas dari cercaan manusia. Puluhan gelar buruk disematkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tukang sihir, penyair, orang gila dan masih banyak lagi. Namun beliau tetap bersabar dan tidak membalas hinaan-hinaan tersebut. 


Makhluk yang termulia di muka bumi ini, makhluk yang begitu dicintai oleh kawan maupun lawan. Namun tetap saja, beliau pun mendapatkan hinaan dan cercaan. Bahkan tidak sedikit mereka yang menganggu dan menyerang fisik beliau.

 

Lantas, mungkinkah kita selamat dari cercaan manusia? Bersamaan Nabi tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam saja tidak selamat. Mustahil kiranya jika kita dapat selamat dari cercaan manusia. Terlebih bagi mereka yang mendakwahkan agama ini, tentunya sudah harus siap menjadikan cercaan dan hinaan sebagai santapan sehari-hari. Syaikh Al-Albani rahimahullah beliau menuliskan dalam muqodimah kitab Shifatu Sholatin Nabi,


إني حين وضعت هذا المنهج لنفسي ـ وهو التمسك بالسنة الصحيحة ـ وجريت عليه في كتبي كنت على علم أنّه لا يرضي ذلك كل الطوائف والمذاهب بل سوف يوجه بعضهم ألسنة الطعن؛ وأقلام اللوم إلي، ولا بأس من ذلك عليّ، فإني أعلم أيضا أن إرضاء الناس غاية لا تدرك.

“Tatkala saya meletakkan metode ini untuk saya pribadi -yaitu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah-, dan saya letakkan pula pada kitab-kitab saya yang lain, saya sudah mengetahui bahwasanya akan banyak kelompok-kelompok dan beberapa dari kalangan madzhab yang tidak ridha (terhadap yang saya lakukan). Bahkan akan banyak dari mereka yang mengarahkan lisan-lisan tajamnya dan pena-pena pencela yang diarahkan kepada saya. Bagi saya tidak mengapa, karena bersamaan dengan itu saya mengetahui bahwa ridha manusia adalah tujuan yang tidak akan pernah tercapai.” (Lihat Shifatu Shalatin Nabi – Karya Syaikh Al-Albani rahimahullah)

 

Kemudian beliau membawakan perkataan seorang penyair,


ولست بناج من مقالة طاعــــــــن                      ولو كنت في غار على جبل وعر
ومن الذي ينجوا من الناس سالما                  ولو غاب عنهم بين خافيتي نســـر


“Dan aku tidak akan selamat dari cercaan para pencela

 Kendati aku berada di gua yang terletak di atas gunung yang sukar dilewati

Siapa kiranya yang dapat selamat dari cercaan manusia ?

Kendati ia bersembunyi dari mereka di balik kedua sayap burung.”

 

Demikianlah! Tidak akan ada yang dapat selamat dari hinaan dan cercaan manusia. Lalu, bagaimana cara menghadapinya? Cara yang paling terbaik dan mujarrab adalah diam! Dinukil dari Imam Asy-Syafi’i dalam bait-bait sya’ir nya beliau pernah berkata,

يُخاطبني السفيهُ بكلِّ قبحٍ                    فأَكْرُهُ أن أكون له مجيبَا 

يزيدُ سفاهةً فأَزيد حلمًا                        كعودٍ زادهُ الإحراقُ طيبَا 


إذا نطَق السفيهُ فلا تُجبه                      فخيرٌ من إجابته السكوتُ

فإن كلَّمته فرَّجتَ عنه                          وإن خلَّيته كمدًا يموتُ 


قلْ بما شئتَ في مسبَّة عرضي               فسكوتي عن اللئيم جوابُ 

ما أنا عادمُ الجوابِ ولكن                     ما ضرَّ الأُسدَ أنْ تَجيبَ الكلابُ

 

“Orang bodoh mencelaku dengan berbagai macam celaan

 Akupun tidak suka untuk menjawabnya

Ia menambah kebodohannya sedang aku menambah kecerdasan

Layaknya kayu gaharu, semakin dibakar semakin wangi semerbak.”

 

Beliau juga mengatakan,

“Jika orang bodoh mencela, maka jangan engkau menjawabnya

Hal yang terbaik dalam menjawabnya adalah diam

Jika engkau menjawabnya, engkau akan memberi celah untuknya

Jika engkau mendiamkannya ia akan mati terbungkam.”

 

Beliau juga mengatakan,

“Ucapkanlah sesukamu dalam mencela kehormatanku

Diam dari pencela sejatinya adalah jawaban untuknya

Bukanlah aku tidak ingin menjawabnya, namun

Singa tidak pantas menjawab gongongan anjing.”


Inilah cara terbaik untuk melawan hinaan dan cercaan manusia. Cukup diamkan saja dan jangan pernah engkau menggubrisnya. Kemudian berdoalah kebaikan untuk orang itu. Semoga Allah segera merubahnya. 


Wallahul Muwaffiq

 

Zia Abdurrofi

Jakarta, 22 Rabi’ul Awwal 1446H / 26 September 2024

 

Posting Komentar