ZMedia Purwodadi

Ilmu dan Ulama

Daftar Isi







Fadhilatusy Syaikh DR. Ahmad bin Nashir ath-Thayyar hafizhahullah  dalam kitabnya Hayatus Salaf bainal Qouli wal 'Amal (hal. 57-58) membawakan sebuah riwayat dari sahabat yang mulia, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang dinyatakan shahih oleh para ulama dalam kitab Tahdzib Hilyatul Auliya (I/86) dan dibahas karena kandungannya yang sangat tinggi dan agung menjelaskan keutamaan mempelajari ilmu agama.


Syaikh hafizhahullah  memberikan judul: Memahami Hakekat Ilmu, Bagaimana Cara Memperolehnya, Dan Penjelasan Keutamaan Ilmu


Diriwayatkan oleh seorang Tabi’in yang bernama Kumail bin Ziyad An-Nakha’i rahimahullah, dia mengatakan bahwa suatu hari sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu memegang tanganku dan mengeluarkan aku ke sebuah tanah yang lapang. Setelah sampai di tanah lapang atau padang pasir yang luas, maka beliau menarik nafas kemudian berkata: “Wahai Kumail Ibnu Ziyad, hati manusia itu seperti wadah untuk menyimpan, maka hati yang terbaik adalah yang paling lapang untuk menampung kebaikan. Perhatikan dan hafalkan baik-baik apa yang aku ucapkan ini:


الناس ثلاثة: فعالم رباني, ومتعلِّم على سبيل نجاة, وهمج رعاع، أتباع كل ناعق، يميلون مع كل ريح، لم يستضيئوا بنور العلم، ولم يَلجؤوا إلى ركن وثيق،


“Manusia itu hanya ada tiga golongan: Seorang yang berilmu, mengamalkan ilmunya dan mendidik manusia di atas ilmu yang benar. Penuntut ilmu agama yang dia berada di atas jalan keselamatan. Orang-orang rendahan yang tidak ada hubungannya dengan ilmu agama/tidak mau belajar dan tidak mau mendengarkan ilmu agama. Mereka ini akan mengikuti setiap seruan yang mengajak, mereka akan ikut condong bersama setiap tiupan angin (yakni gampang diombang-ambingkan),  mereka ini adalah orang-orang yang tidak mau menerangi langkahnya dari cahaya ilmu, dan mereka tidak mau berlindung kepada sandara yang kuat.”


Kemudian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:


العلم خير من المال؛ العلم يحرسك, وأنت تحرس المال، العلم يزكو على الإنفاق – وفي رواية: على العمل – والمال تَنقصه النفقةُ، العلم حاكم, والمال محكوم عليه،


“Ilmu itu lebih utama daripada harta. Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta kamu yang harus menjaganya. Ilmu semakin bertambah ketika diinfakkan -dalam riwayat lain ketika diamalkan-, sedangkan harta akan berkurang ketika diinfakkan. Ilmu adalah hakim (yang menentukan), sedangkan harta yang dihukumi."


Kemudian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:


ومحبة العلم دِين يدان بها، العلم يُكسب العالم الطاعةَ في حياته, وجميلَ الأحدوثة بعد وفاته، وصنيعة المال تزول بزواله، مات خزَّان الأموال وهم أحياء، والعلماء باقون ما بقي الدهر


“Mencintai ilmu termasuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ilmu akan akan menjadikan orang yang memilikinya diikuti dalam hidupnya, setelah mati pun dia akan selalu dikenang dengan kebaikan. Beda usaha dengan harta yang akan hilang seiring hilangnya harta tersebut. Orang-orang yang memiliki banyak harta bisa mati ketika mereka masih hidup, sedangkan orang yang berilmu senantiasa hidup sepanjang masa.”


📚 Hayatus Salaf bainal Qouli wal 'Amal (hal. 57-58).


akhir_muharram_1446h_


Posting Komentar