Istikamah Bukan Hal Mudah
Beratnya istikamah
Seorang muslim dituntut untuk beristikamah dalam menjalankan dan mengamalkan syariat agama Islam. Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
“Maka, tetaplah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau
(Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula, orang yang bertobat
bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (QS. Hud : 112)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya agar istikamah. Yakni, dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan. Perintah ini adalah perintah yang cukup memberatkan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata,
مَا نَزَلَ عَلَى رَسُولِ اللهِ – صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – آَيَةً هِيَ أَشَدُّ وَلَا أَشَقُّ مِنْ هَذِهِ الآيَةِ عَلَيِهِ
“Tidak ada satu ayat pun yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang lebih memberatkan dan menyulitkan beliau, melainkan ayat ini.” (Lihat Tafsir Al-Qurthubiy surah Hud ayat 112 dan Tafsir Al-Baghawiy dalam ayat yang sama)
Hal ini dikarenakan beratnya perkata istikamah. Untuk tetap tegar dan teguh di atas syariat Allah ini, bukanlah suatu hal yang mudah. Saking beratnya perintah ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebelumnya tidak memiliki uban. Tatkala turun ayat ini, beliau pun menjadi beruban. Dari sahabat Abdullah bin ‘Abbas, beliau bercerita,
قالَ أبو بَكْرٍ رضيَ اللَّهُ عنهُ: يا رسولَ اللَّهِ قد شِبْتَ، قالَ: شَيَّبَتْنِي هُوْدٌ، والواقعةُ، والمرسلاتُ، وعمَّ يتَسَاءَلُونَ، وإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
“Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah,
engkau telah beruban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku dibuat
beruban oleh surah Hud, surah Al-Waqi’ah, surah Al-Mursalat, ‘Amma yatasa’alun
(surah An-Naba), dan Idzasy syamsu kuwwirat (surah At-Takwir).”
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 3297 disahihkan oleh Syekh Al-Albani)
Dikarenakan dalam surah-surah tersebut terdapat penyebutan
tentang kaum-kaum terdahulu yang Allah timpakan azab-Nya kepada mereka, begitu
pun tentang hari kiamat, dan perintah untuk beristikamah. Hal-hal inilah yang
memberatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Tuhfatul Ahwadziy Syarah
Sunan At-Tirmidzi)
Penghalang-penghalang istikamah
Karena begitu beratnya perkara istikamah ini, yaitu untuk tetap tegar dan teguh di atas agama ini dengan menjalankan ketaatan dan meninggalkan larangan, maka istikamah terdapat banyak penghalangnya. Berikut ini di antara penghalang-penghalang istikamah yang harus dihindari:
1. Bersandar kepada rahmat Allah Ta’ala
Maksudnya, kebanyakan orang yang sulit untuk istikamah dikarenakan mereka bersandar kepada rahmat Allah Ta’ala dalam melakukan perbuatan dosa. Sehingga, mereka pun semakin jauh dari kata istikamah dan tenggelam dalam perbuatan dosa. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur
dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-A’raf: 56)
Allah firmankan bahwa rahmat Allah dekat dengan orang yang
baik. Apakah orang-orang yang berbuat dosa pantas dikatakan sebagai orang-orang
yang berbuat baik?
Mereka hanya berharap kepada rahmat Allah Ta’ala dan tidak
takut terhadap azab Allah. Yang seharusnya adalah rasa takut dan berharap akan
rahmat Allah senantiasa berjalan beriringan dan keduanya tidak dapat
dipisahkan. Maka, tidak bisa seseorang berbuat dosa dengan alasan karena rahmat
Allah begitu luas. Tentu ini pemahaman yang keliru dan ini termasuk dari
penghalang istikamah.
2. Mengikuti bisikan-bisikan setan
Setan senantiasa membisikkan kepada hamba-hamba Allah Ta’ala
agar tidak beristikamah. Inilah yang dikatakan oleh kepalanya setan, yaitu
Iblis, kepada Allah,
قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
“Ia (Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku,
pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian,
pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan
dari kiri mereka. Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
(QS. Al-A’raf: 16-17)
Ini sudah menjadi janji Iblis kepada Allah Ta’ala. Bahwa
Iblis akan menyesatkan hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat
yang lain,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ قَالَ فَالْحَقُّۖ وَالْحَقَّ اَقُوْلُۚ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ
“(Iblis) berkata, “Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (karena
keikhlasannya) di antara mereka.” (Allah) berfirman, “Maka, yang benar (adalah
sumpah-Ku) dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan. Aku pasti akan memenuhi
(neraka) Jahanam denganmu dan orang yang mengikutimu di antara mereka
semuanya.” (QS. Shad: 85)
Sehingga, sebagai hamba Allah Ta’ala, kita harus
berhati-hati. Jangan sampai termasuk dari pengikut bisikan-bisikan setan dan
juga iblis. Karena mengikuti bisikan mereka merupakan penghalang untuk
beristikamah.
3. Meremehkan dosa
Di antara penghalang untuk istikamah adalah seseorang meremehkan dosa. Sehingga, ia terjatuh ke dalam dosa tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Jauhilah oleh kalian sifat meremehkan dosa! Karena
dosa-dosa itu tidaklah berkumpul pada seseorang, melainkan akan
membinasakannya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, 1: 402. Disahihkan oleh Al-Albani
dalam Shahih At-Targhib no. 2470)
Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari ibadah.
Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari mengerjakan kebajikan dan
takwa. Dengan sebab dosa, seseorang dapat terhalang dari istikamah. Maka,
berusahalah untuk menjauhi dosa-dosa yang Allah Ta’ala dan Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wasallam telah larang.
4. Lemah semangat dan panjang angan-angan
Seseorang yang lemah semangat dan panjang angan-angan akan
sulit untuk istikamah. Sebagian orang ada yang hanya berangan-angan untuk
beramal. Namun, ia tidak bergerak untuk beramal dan mencoba untuk istikamah. Ia
tenggelam di dalam taswif (menunda-nunda) amalan dan tenggelam di dalam
angan-angannya. Dalam sebuah syair dikatakan,
يَا مَنْ بِدُنْيَاهُ اشْـــــتَغَلْ
وَقَدْ غَرَّهُ طُوْلُ الأَمَلِ
المَوْتُ يَأْتِي بَغْتَــــــــــةً
وَالْقَبْرُ صُنْدُوْقُ الْعَمَلِ
"Wahai orang-orang yang sibuk dengan dunianya
Sungguh ia telah tertipu dengan panjangnya angan-angan
Kematian akan datang kepadanya secara tiba-tiba
Kubur pun akan
menjadi perbendaharaan amalnya" [1]
Tentu masih banyak lagi penghalang-penghalang istikamah.
Setidaknya keempat hal di atas yang benar-benar harus dihindari agar kita tetap
istikamah. Karena istikamah bukan hal mudah, maka perlu adanya usaha lebih
untuk bisa istikamah.
Tips agar tetap istikamah
Di antara tips yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar tetap istikamah yaitu, tetaplah beramal walaupun sedikit. Karena yang terpenting adalah bukan banyaknya amal, namun yang terpenting adalah tetap beramal. Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah yang
konsisten, walaupun sedikit.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 5523 dan
Muslim no. 783. Dan ini lafaz Imam Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan doa agar tetap istikamah di atas agama ini,
اللَّهُمَّ! يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ، ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
“Ya Allah, yang membolak-balikkan hati. Teguhkanlah hati
kami di atas agamamu.” (Lihat Shahih Al-Adabul Mufrad hal. 253 karya Syekh
Al-Albani rahimahullah).
Inilah sedikit tips yang bisa dilakukan agar bisa tetap istikamah. Mengingat ganjaran istikamah sangatlah besar. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah
Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih. Dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu.” (QS. Fusshilat: 30)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) pernah berkata,
وَإِنَّمَا غَايَةُ الكَرَامَةِ لُزُوْمُ الاِسْتِقَامَةِ
“Puncak karamah (bagi seorang hamba) adalah tetap teguh
dengan keistikamahan.” (Lihat kitab Al-Furqan Baina Aulia’irrahman wa
Aulia’issyaithan karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 187)
Hal yang serupa dikatakan juga oleh murid beliau Al-Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat th. 751 H) dalam kitab beliau Madarijus
Salikin (2: 106).
Kendati istikamah bukanlah hal yang mudah untuk dijaga,
namun ganjaran terhadap istikamah amatlah besar dan begitu menggembirakan.
Semoga hal ini bisa menjadi pendorong semangat untuk tetap beramal dan tetap
istikamah dalam menjalankan agama ini.
Wallahul muwaffiq.
***
Depok, 06 Rajab 1445/ 18 Januari 2024
Penulis: Muhammad Zia Abdurrofi
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Dikatakan ini merupakan syair dari Ali bin Abi Tholib
radhiyallahu ‘anhu. Lihat https://www.aldiwan.net/poem30909.html
Sumber: https://muslim.or.id/91096-istikamah-bukan-hal-mudah.html
Copyright © 2025 muslim.or.id
.png)
Posting Komentar